Pembuatan Kapal di Pulau Bonerate; Budaya Bahari Kampung Halaman

By prijanuary - Juni 01, 2017

Memulainya terbilang tidak mudah, mengingat tidak ada record atau arsip yang dapat ditemukan dalam beberapa perpustakaan, termasuk perpustakaan daerah Kabupaten Kepulauan Selayar yang ingin saya masukkan sebagai bahan rujukan untuk memperkaya referensi saya saat itu. Catatan kecil ini hanya memuat bagian-bagian tertentu dan murni dari hasil pengamatan langsung selama penelusuran di Pulau Bonerate.

Jika berkunjung ke Pulau Bonerate jangan lupa untuk mampir ke lokasi pembuatan kapalnya. Kegiatan ini bisa dikatakan berjalan sepanjang tahun dan merupakan salah satu dari mata pencaharian penduduk yang telah digeluti secara turun-temurun sejak puluhan tahun yang lalu. Hampir sepanjang pantai di pesisir barat pulau ini dimanfaatkan sebagai lokasi pembuatan perahu dimana yang paling banyak adalah di sebelah utara yang kini masuk dalam wilayah administrasi Desa Lamantu dan sebagian lainnya berada di Desa Bonerate.

Komunitas Pembuat Kapal
Pembuatan kapal dilakukan secara berkelompok dan jumlah anggotanya relatif disesuaikan dengan ukuran kapal yang akan dibuat. Kelompok ini dipimpin oleh seorang Pande, yaitu seseorang yang berperan untuk mengorganisir para pekerja sekaligus mengatur seluruh perencanaan dan kebutuhan yang menyangkut persiapan dan penyediaan material pembuatan kapal dari awal hingga akhir (selesai). 

Pembuatan kapal di Pulau ini masih melibatkan aspek kepercayaan, sehingga dijumpai pula pande yang mempunyai peran lebih, yakni sebagai pemandu upacara sebelum pengerjaan dimulai. Peran tersebut di kenal dengan istilah Pa'Ompu yang dapat dilihat dalam upacara Ompu'a.

Upacara Ompu'a
Istilah ini memiliki makna yang sederhana tetapi sangat penting dalam filosofi pembuatan kapal. Ompua atau te Ompu'a sebagai istilah dalam pembuatan kapal berarti merajut atau menyatukan bagian demi bagian (kapal atau perahu) agar menjadi satu atau utuh. Sebagai syarat yang harus dilaksanakan, bisa berarti bahwa upacara ini memiliki nilai kepercayaan yang berhubungan dengan keselamatan dan kemudahan selama kapal tersebut digunakan.


Teknologi yang digunakan
Ini adalah peralatan sederhana yang telah saya jumpai sejak kanak-kanak dan masih digunakan hingga saat ini. Saat bermain bersama teman di masa kecil (90-an) benda-benda ini sering membuat penasaran, terutama kotak itu. Apa saja isinya?.  
Peralatan yang digunakan oleh pembuat kapal di Pulau Bonerate melibatkan teknologi lama dan modern. Peralatan tersebut umumnya dimiliki oleh hampir semua pengrajin kayu yang ada di seluruh dunia. 


Seringkali saya bingung dengan nama-nama alat tersebut terutama penyebutannya dalam istilah setempat dan pernah menyulitkan saya ketika mencarinya dalam kamus bahasa Indonesia. Beriukut adalah peralatan-peralatan yang umumnya digunakan dalam pembuatan kapal, yaitu (1) Gergaji atau dalam bahasa Bonerate disebut garege, alat ini terdapat dua jenis yakni Crosscat (manual) dan Chainsaw (mesin) (2) Sledge Hammer atau palu martil (3) Pahat (4) Kapak (5) Bor dan (6) Beliung, menurut (sumber ini) beliung digunakan untuk membentuk, menarah dan melicinkan kayu dalam pertukangan kayu menggunakan tangan. Tetapi yang berbeda dari Pulau Bonerate, alat ini bentuknya kecul, cukup dengan satu tangan untuk menggunakannya.

Masa Pembuatan
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat sebuah kapal bisa direncanakan dan tergantung pada kesiapan biaya, ketersediaan bahan baku, ukuran dan jenis kapal yang dibuat. Salah satu Informan saya mencontohkan sebuah kapal dengan ukuran 40 ton bisa diselesaikan dalam waktu empat atau lima bulan jika tidak ada kendala.


Penyelesaian dan Proses Pengapungan
Kapal yang telah selesai dikerjakan biasanya tampak dengan warna cat atau dempul yang menandakan kapal tersebut sebentar lagi akan segera diapungkan. Ini adalah masa yang paling dinantikan oleh hampir setiap orang di Desa, terutama anak-anak. Dalam proses penyelesaian terdapat satu upacara yang biasanya dibarengi dengan acara makan bersama. Upacara ini disebut "soro'a" atau mendorong perahu ke laut agar bisa mengapung. 

"Helambate tara tajo ..." adalah aba-aba yang terdengar dalam prosesi pengapungan setelah upacara berdo'a selesai. Kegiatan ini melibatkan banyak orang dan seiring dengan kemajuan zaman, tidak jarang upacara ini menggunakan bantuan perahu bermesin untuk menariknya.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Terima Kasih telah meluangkan waktu membaca tulisan ini.
Salam Hangat dari saya











Bintan, 25 Mei 2017
ditulis saat merindukan Putu Labu

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar